Topengmu Cerminanku



Kopdar tim berlin sebagai sarana memahami topeng
           Assalamu’alaikum sobat. Alhamdulillah pagi hari yang indah ini kita masih diberi kesempatan untuk dapat beraktifitas dengan baik. Kopdar atau kopi darat tadi malam masih sangat terasa hingga sekarang sob. Kami mencoba untuk curhat dari hati ke hati untuk merefleksi diri. Yup kopdar adalah cara kami dalam mengarungi kerasnya batu karang*hmm maaf agak sedikit lebay hehehe. Baik sob berbicara tentang budaya Cirebon, aku sangat terinspirasi dari salah satu tarian tradisionalnya, yakni Tari Topeng.

            Menurutku, tari topeng bukan hanya sekedar tarian biasa, namun memiliki makna yang dalam sehingga kita harus menyelaminya sob*hmm tapi jangan sampai tenggelam dari kenyataan ya sob hehe. Temanku pernah berkata bahwa dalam mengarungi hidup itu setidaknya kita harus dapat melakukan sesuatu pada tempatnya. Jadi tidak hanya buang sampah saja yang harus pada tempatnya sob hehehe. Seperti halnya ketika kita memiliki masalah sob. Terkadang kita hanya fokus kepada masalah tersebut namun kita terkadang lupa akan banyaknya perantara dalam menyelesaikan masalah tersebut. Jadi sob, hal yang penting yang bisa dilakukan adalah bagaimana kita dapat mengenal topeng dari setiap masalah tersebut.

            Tari topeng memiliki sejarah yang luar biasa. Pada saat itu tari topeng menjadi alat diplomasi. Lalu apa sih makna dari diplomasi itu sendiri? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diplomasi adalah kecakapan menggunakan pilihan kata yang tepat bagi keuntungan pihak yang bersangkutan (dalam perundingan, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan sebagainya. Jadi sob, pada saat itu diplomasi yang digunakan adalah diplomasi budaya. Tari topeng diciptakan oleh sultan Cirebon yang cukup terkenal, yaitu Sunan Gunung Jati. Beliau menggunakan alat diplomasi budaya melalu tari topeng. Bagaimana caranya?. Ketika Sunan Gunung Jati berkuasa di Cirebon, terjadilah serangan oleh Pangeran Welang dari Karawang. Pangeran ini sangat sakti karena memiliki pedang yang diberi nama Curug Sewu.

            Sunan Gunung Jati pun tidak dapat menandingi kesaktiannya. Oleh karenanya beliau mencoba untuk menggunakan diplomasi kesenian dengan cara membentuk kelompok tari, dengan Nyi Mas Gandasari sebagai penarinya. Setelah kesenian itu terkenal akhirnya Pangeran Welang jatuh cinta pada penari itu, dan menyerahkan pedang Curug Sewu itu sebagai pertanda cintanya. Bersamaan dengan penyerahan pedang itulah, akhirnya Pangeran Welang kehilangan kesaktiannya dan kemudian menyerah pada Sunan Gunung Jati. Pangeran itu pun berjanji akan menjadi pengikut setia Sunan Gunung Jati yang ditandai dengan bergantinya nama Pangeran Welang menjadi Pangeran Graksan. Seiring dengan berjalannya waktu, tarian ini pun lebih dikenal dengan nama Tari Topeng dan masih berkembang sampai sekarang.

            Ketika aku mendengar tari topeng sudah mulai mendunia yang sudah mulai dipentaskan di Australia. Oleh karenanya sob, Indonesia memiliki keindahan seni dan budaya yang luar biasa dan setiap gerakannya memiliki makna sendiri. Begitu halnya dengan tari topeng sob, tarian ini memiliki topeng yang berbeda-beda dan setiap topeng memiliki makna. Jadi penasaran kan apa saja sih jenis topengnya?. Yuk simak penjelasan berikut ini sob.

a) Topeng Panji = Sosok manusia yang baru lahir, penuh dengan kesucian, gerakannya halus dan lembut.

b) Topeng Samba = Menggambarkan fase ketika manusia mulai memasuki dunia kanak-kanak, digambarkan dengan gerakan yang luwes, lincah dan lucu.

c) Topeng Rumyang = Gambaran dari fase kehidupan remaja pada masa akhir balig.

d) Topeng Tumenggung = Gambaran dari kedewasaan seorang manusia, penuh dengan kebijaksanaan layaknya sosok prajurit yang tegas, penuh dedikasi dan loyalitas seperti pahlawan.

e) Topeng Kelana/Rahwana = Visualisasi dari watak manusia yang serakah.    
Berikut gambarannya sob..
     Ayoo kita sudah termasuk ke dalam fase yang mana nih sob? Hehehe. Kalau aku sendiri sudah masuk ke dalam fase Topeng Tumenggung, dimana sudah mulai mengerti makna jati diri hehehe. Oh ya sob, aku punya sedikit cerita yang mungkin dapat diambil hikmahnya dari belajar macam-macam topeng pada tari topeng.

            Cerita ini berawal dari keberangkatan ke Negeri Tirai Bambu atau China bersama teman-temanku. Aku termotivasi dengan perintah Rasulullah SAW, yakni tuntutlah ilmu sampai negeri China hehehe. Kami menemukan kerikil-kerikil tajam dalam setiap langkah kami. Salah satu kerikil tajam itu adalah adanya kasus yang menyangkut tentang adab manusia. Sebut saja dia Mister X. Aku yang diamanati sebagai ketua dalam pasukanku merasa bingung akan masalah yang ku hadapai ini karena aku harus mencari bukti-bukti yang jelas tentang permasalahan ini.

            “Kalau dia terbukti merugikan orang banyak, maka dia akan kami pulangkan tetapi jika dia tidak terbukti, maka kalian ber-empat kami pulangkan” ucap dosen kami saat menghubungiku lewat Whatsapp. Pada saat itu tanganku bergetar dan rasa takut ini mengalir deras ke dalam tubuhku. Lalu ku mencoba untuk mengajaknya berdiskusi dari hati ke hati tentang permasalahan ini. Sayangnya semua bukti yang sudah aku dapatkan dari teman-temanku sebagian di tolak mentah-mentah dan dianggap remeh karena Mister X menganggapnya ketika mengambil barang tanpa izin merupakan hal yang remeh.

            Pada saat itu aku mulai atur strategi dengan cara diplomasi budaya. Aku mencoba menghubungi kerabat-kerabat Malaysiaku apakah Mister X ini merugikan?. Sebelum ku bertanya tentang hal ini, mereka bertanya terlebih dahulu tentang Mister X. “Apakah kalian tidak ada kehilangan apapun ketika bersama Mister X?”. Sontak diri ini terkejut dan berkata dalam hatiku masalah ini sudah mulai menyebar luas. Akhirnya aku ajak mereka untuk bekerjasama menuntaskan masalah ini dengan cara membuat surat pernyataan. Alhamdulillah karena kami memiliki budaya yang tidak jauh beda akhirnya dapat saling mengerti satu sama lain.

            Kami pun berusaha agar masalah ini tidak terdengar sampai kampus Negeri Jiran. Aku berusaha untuk meyakinkan ketua dari mereka bahwa masalah ini kita dapat selesaikan secara kekeluargaan. Alhamdulillah teman-teman Malaysia pun dapat mengerti dan mengikuti strategi pada malam itu. “Apakah kamu sudah merugikan teman-teman Malaysia? Ucap ku. Namun setelah tiga kali aku mencoba meyakinkannya hasilnya tetap Mister X tidak ingin mengakuinya. Dengan rancangan strategi yang sudah aku dan teman-teman Malaysia atur, yakni ketika dia tidak mengakuinya lagi maka langsung masuk semua teman-teman Malaysia dan mengklarifikasi semua masalah.

            Alhamdulillah dengan diplomasi budaya ini masalah tersebut dapat terselesaikan dengan memulangkan Mister X karena perilakunya yang sudah melampaui batas. Disini aku belajar bahwa setiap orang memiliki topeng yang berbeda-beda, maka yang jadi permasalahan bukan dari warna topengnya, namun makna dibalik topeng itu yang dapat kita ketahui setelah kita mengenalnya lebih dekat. Lalu bagaimana sikap kita ketika kita sudah mengetahui makna dibalik topeng itu?. Sikap kita adalah jadikanlah makna dibalik topeng itu sebagai cerminan kita untuk lebih baik lagi. Seperti makna dari topeng temenggung bila dikaitkan dengan pendekatan ajaran agama islam, dimana kita harus dapat memberikan kebaikan kepada sesama manusia, saling menghormati dan senantiasa mengembangkan Silih Asah, Silih Asih dan Silih Asuh. Semoga kita menjadi orang yang selalu terus memperbaiki diri agar dapat bermanfaat. Amiin.

Referensi :

Hidayah, N. (2015). Sejarah Tari Topeng Cirebon. Academia, 1-2.




Posting Komentar

1 Komentar

Aorlin mengatakan…
Jujur aku ga baca artikelnya, tapi judulnya itu filosof banget, jadi gatel buat titip komen.

Mampir gan Aorlin.com